Anto TAlino NgampaQ. Diberdayakan oleh Blogger.

17 Februari 2009

Menunggu dan Menunggu Lagi…

Bosen ah! Setuju. Menunggu memang kerja paling membosankan. Tapi di balik itu ternyata ada hal positif yang bisa diintip.

Malam Minggu itu Nina tampak resah. Jarum jam di arlojinya sudah menunjukkan pukul 21.04. Berarti sudah dua jam lebih empat menit Nina menunggu Teguh yang janji mau ngajak nonton film Twilight. Sebentar doski duduk di ruang tamu, lalu pindah ke teras kemudian ke ruang makan. Merasa bosan di ruang makan lalu pindah lagi ke ruang teve gabung sama keluarga yang lagi pada nonton teve. Perasaan Nina malam itu tak menentu, tawa adiknya kala menyaksikan adegan lucu di teve seolah adalah tawa yang ditujukan padanya. Nina yang biasa periang, karena harus nunggu begitu lama bikin doski nggak bisa nahan emosi bawaannya pengen marah. Menunggu memang selalu dianggap menjemukan. Padahal, kalau mau sabar sedikit, menunggu bisa kita jadikan alat untuk menguji kadar kedewasaan. Juga menguji cinta doi sama kita. Nggak percaya? Coba aja, Non!

Pikiran Positif

Apapun sebabnya menunggu, pasti bikin kheki. Kegelisahan gampang berkembang menjadi sikap prasangka yang tidak-tidak. Sering kita berpikir, "Wah, jangan-jangan doi lupa nih?" atau "Jangan-jangan doi sengaja ingkar janji." Padahal, disaat menunggu itulah kita dilatih untuk percaya bahwa orang yang kita tunggu, bahwa ia bakal datang memenuhi janjinya. Percaya kalau doi nggak akan bohong. Dan berusaha menjauhkan prasangka yang tidak-tidak.

Tahan Emosi

Pada saat menunggu, biasanya emosi kita akan mudah meluap, mudah marah. Pada waktu menunggu suasana terasa menyesakkan dan serba tak menyenangkan. Bingung dan mudah tersinggung. Adikmu yang lagi manis- manisnya mainpun terkadang tak luput dari bentakan tak beralasan darimu gara-gara kamu senewen menunggu. Mungkin kamu berharap itu semua dapat mengusir keresahan. Padahal hasilnya justru akan menambah kegelisahan saja. Makanya, tak perlu membuang energi dengan bermarah-marah di saat kamu sedang menunggu sesuatu. Mubazir.

Toleransi

Bukan mustahil sesuatu yang kita tunggu tak juga datang. Atau kalaupun datang jauh melewati jam perjanjian. Menghadapi masalah seperti ini biasanya kita akan marah-marah memaki orang yang kita tunggu-tunggu. Apalagi kalau kita sudah menambah waktu menunggu kita dan membatalkan beberapa pekerjaan, tapi yang ditunggu tetap tak kunjung datang. Wajar saja kalau kita kecewa. Tapi sedapat mungkin rasa kecewa kita itu jangan sampai merusak persahabatan kita. Jadi, berusahalah untuk mengerti bahwa orang itupun memiliki alasan mengapa sampai terpaksa ingkar janji. Dengarkandulu penjelasannya baru kamu sampaikan perasaan kesal kamu. Dengan begitu emosi kamu sudah berkurang.

Time Is Penting

Waktu itu penting. Waktu adalah uang. Itu ungkapan bagaimana bernilainya waktu yang terbuang. Kita menunggu dan dengan sendirinya kitapun membuang waktu. Pada saat menunggu itu biasanya kita makin merasakan bagaimana pentingnya waktu. Dalam pikiran kita terlintas, bagaimana seandainya waktu menunggu ini saya isi dengan bekerja, tentu akan menghasilkan sesuatu yang berharga. Sebab saat nunggu sejam bisa terasa sehari, sehari bisa terasa seminggu dan seminggu pun bisa terasa sewindu. Lewat pengalaman itu kamu bisa mulai berfikir untuk mengurangi menyia-nyiakan waktu. Karena kalau waktu dimanfaatkan benar, pasti ada hasilnya.

Tak cuma itu, menunggu dapat pula dijadikan alat uji kesetiaan dan kedewasaan seseorang, bisa kamu coba juga pada doimu. Banyak orang mengatakan, kalau ingin menguji tingkat keteguhan dan kesetiaan seseorang lihatlah pada waktu doi menunggu. Karena pada waktu itu orang akan tampak 'aslinya'. Bagaimana ia mengendalikan emosi, dalam keadaan demikian. Kepura-puraan sering terlupakan, yang terlihat adalah sikap apa adanya yang merupakan cermin tingkat kedewasaan dan kesetiaannya. Jadi, kalau kamu terpaksa menunggu jangan langsung menggerutu. Diam-diam kamu lagi diuji tuh. Selamat menunggu, kalau begitu! * wanita bisa dikalahkan dengan cinta. Dengan cinta, ia bisa kita manfaatkan. Lalu, kita patahkan hatinya. Ia patah hati, lalu bunuh diri. Selesai urusan

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP