Perlu Tidaknya Kritikan
Banyak sekali kontroversi tentang sebuah kritikan. Ada yang menganggap kritikan itu dapat membangun, tapi ada juga yang menanggapi kritikan dengan sebuah apology untuk menghindari sebuah kesalahan yang memang diperbuat. Ketika saya membaca sebuah buku karya Dale Carnegie yang berjudul “Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain” (buku ini terjual lebih dari 15 juta eksemplar dan telaj diartikan dalam berbagai bahasa), dalam salah satu babnya dijelaskan bahwa salah satu cara kita untuk mencari kawan adalah dengan tidak mudah mencela ataupun mengkritik orang lain. Dale Carnegie menjelaskan hal tersebut karena melihat beberapa hal yang ditimbulkan dari sebuah kritikan.
Yang pertama adalah kritikan yang kita berikan kepada seseorang akan menimbulkan efek negatif. Maksud efek negatif tersebut adalah kritikan tersebut akan menyakiti objek yang dikritik. Inilah yang menjadi permasalahan utamanya. Objek yang dikritik bisa saja menerima dan menganggap itu sebagai suatu yang akan membangun dirinya. Tapi ada juga objek yang dikenai kritikan menganggap bahwa hal tersebut menjatuhkan dirinya. Nah inilah yang perlu kita cermati dengan seksama. Yang kedua adalah kritik yang kita berikan bisa menjadi sebuah tolak ukur bagi kita. Maksudnya ketika kita mengkritik orang lain, maka mau tidak mau kita menjadi yang paling bisa dalam permasalahan itu. Kita menjadi sebuah tolak ukur apakah kita bisa mewujudkan dari hal yang kita kritik. Dan tentu saja ketika kita tidak bisa mewujudkannya, maka kita akan nampak sebagai sebuah tong kosong yang nyaring bunyinya.
Kritikan memang ditujukan untuk bisa memperbaiki kesalahan yang sudah dilakukan. Namun perlu diingat ketika ada selipan maksud lain dari kritikan itu, maka kritikan menjadi tidak bersih. Yang timbul hanyalah saling menjatuhkan untuk kepentingan sendiri ataupun kelompok. Hal tersebut sudah banyak terjadi disekeliling kita. Dan dari permasalahan yang dijelaskan sebelumnya, seharusnya kita bisa mengambil sebuah kesimpulan mengenai perlu atau tidaknya sebuah kritikan.
Kalau saya sendiri memandang bahwa kritik itu akan menjadi bersih ketika memang tidak ada maksud lain dari kritikan selain untuk membangun. Walaupun hal itu sangat pedas, tapi kalau memang hal itu real, maka kritikan akan sangat berguna. Terutama ketika mengevaluasi kerja sebuah tim. Tetapi seperti yang saya jelaskan tadi, kritikan tidak menimbulkan suatu manfaat yang lebih ketika ada maksud lain selain membangun dalam kritikan tersebut.
Karenanya, saya menghimbau bahwa sebelum kita mengkritik seseorang, marilah kita kritisi diri kita sendiri dahulu. Karena bagaimanapun kritikan terhadap orang nantinya juga akan kembali kepada diri kita sendiri. Dan juga perlu adanya kritik konvertif atau kritik yang membangun. Agar kritik yang kita berikan bisa menjadi sebuah solusi, bukan malah menjadi penambah permasalahan yang ada.